Cara ebit ingin membagikan sebuah cerita yang
mungkin bisa menjadi penyemangat buat kalian yang tidak memiliki biaya, namun
memiliki niat yang tinggi. Silahkan dibaca dan dipahami.
Dua Tahun berlalu
saya bekerja,
ketika angan untuk kuliah diperguruan tinggi, saya
jalanin dengan niat dan Do’a Akhirnya Tuhan Mendengar, tepatnya diawal tahun 2010, ada sensus penduduk yang diadakan
disetiap kota , di RT/RW saya dihubungi oleh RT/RW setempat untuk membantu, akhirnya
diajak untuk menjadi petugas sensus penduduk dengan teman saya yang lainnya, saya
pun menerima pekerjaan itu, sampingan dari kerjaan saya disekolah, setiap
pulang kerja di sekolah saya mengerjakan sensus penduduk. kami ber 6 dibagi
team untuk melakukan sensus penduduk dari rumah kerumah dalam satu bulan. Memang
cukup melelahkan harus mendata satu RW dengan teliti.
Hari
demi hari saya datangi rumah kerumah menanyakan identitas penduduk dan mengisi
data-data setiap warga,
setiap warga berbeda-beda ada yang terbuka ada yang tertutup, seakan-akan kami
dianggap sebagai Debcolector,hehehe,
Ketika
sedang bekerja bertemu lah dengan kawan lama saya, Arif Namanya dia Kuliah
diPerguruan tinggi karna memang dia Pintar dan cerdas, setelah berbincang
dengan dia saya mulai memikirkan
perbincangan yang saya dapat dari Pak Rudih, seorang Guru yang sangat baik dan humoris, waktu
itu pak rudi bilang “kamu Kuliah, jangan pernah takut untuk biaya, pasti ada
jalannya” Kembali angan-angan
saya untuk Kuliah
muncul dengan tekat yang kuat.
Ketika
sensus bentrok dengan kerjaan saya harus merelakan salah satunya,saya harus bekerja siang dan malam, ketika tugas disekolah selesai, saya langsung mengerjakan sensunya malam. Karna niat saya yang bulet buat bisa
melanjutkan pendidikan, walau begitu sulit namun tetap saya jalani walau lelah.
Satu
persatu pekerjaan saya terselesaikan, usai sudah semua data-data warga dan
diserahkan ketingkat kecamatan, akhirnya
pas sebulan saya bekerja jadi sensus penduduk saya menerima gaji dari sensus
penduduk 2.400.000 , dengah hasil kerja jerih payah, saya pun mulai berfikir,
apa saya kuliah ya dengan uang ini. Tapi kan saya ingin Kuliahin adik saya.
Kembali hati ini bimbang, mana yang harus saya pilih. Mungkin buat orang yang memiliki harta uang segitu tidak
ada apa-apanya, namun buat saya sangat berarti.
Akhirnya saya memutuskan uang Sensus
penduduk saya gunakan untuk mendaftar kuliah disebuah universitas swasta
dijakarta, saya mencari informasi dari web dan teman-teman untuk mendaftar.
Akhirnya saya mendaftar , melalu tes dan akhirnya diterima, uang Gedung bisa
dicicil, akhirnya saya bayar separuh, agar separuhnya bisa saya gunakan dulu
untuk keperluan lainnya. Begitu semangatnya saya untuk kuliah saya pun mulai
belajar untuk membagi kebutuhan untuk biaya sehari-hari dan biaya kuliah.
Dengan gaji 500rb saya harus menjalani kuliah dan
cicilan kendaraan, apa saja saya kerjakan agar bisa memenuhinya.
Setelah
mendaftar, saya mengikuti sebuah ospek untuk menjadi mahasiswa resmi. Ketika itu saya belum berbicara dengan orang tua saya jika
ingin kuliah, orang tua saya tidak tahu kalo saya sudah mendaftar disebuah
Perguruan tinggi, karna saya tidak ingin mereka menanggung beban sekolah saya,
setelah saya resmi terdaftar saya baru berbiacara dengan orang tua, mereka pun
setuju, dan mereka berkata ,
Saya : ma, saya kuliah lagi.
Ema : Ya Nak bagus kalo kamu kuliah
, tapi ema sama babeh ga bisa bantui buat bayar.
Saya : Ga usah dipikirin untuk itu
mah, selagi ada niat disitu jalan pasti terbuka ma, tidak ada yang tidak
mungkin saya pasti bisa ko jalani ini semua. Yang penting minta do’a dan
Ridhonya ya.
Ema : Ya Ema mah Cuma bisa Bantu Do’a.
Setelah
berbincang dengan orang tua , saya pun melanjutkan pekerjaan seperti biasanya
membantu orang tua.
Karna
keadaan orang tua yang tidak bisa menguliahkan, saya memutuskan harus bisa
kuliah sampai lulus, mereka hanya mendorong dengan semangat, dan mereka bangga
dengan anaknya bisa kuliah tanpa meminta sepeserpun.
“Jangan pernah takut untuk melangkah, yakini bahwa kita bisa”
Semoga bermanfaat.